Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta mengatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) pada 2017 sebanyak tiga kali.
"Sentimen Fed itu masih membuat ketidakpastian di pasar keuangan pada akhir tahun ini," katanya.
Kondisi itu, menurut dia, membuka kemungkinan keluarnya aliran dana asing dari pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kendati demikian, ia mengemukakan, pemerintah cukup responsif dalam mengantisipasi situasi global itu dengan memaksimalkan kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan sehingga dapat menjaga fundamental ekonomi domestik yang akhirnya bisa berimbas positif pada rupiah.
"Rupiah akan bergerak sesuai dengan fundamentalnya dalam jangka menengah dan panjang," katanya menambahkan.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa laju rupiah kembali mengalami pelemahan seiring dengan permintaan dolar AS pada akhir tahun ini cukup tinggi.
"Adanya permintaan dolar AS yang cukup besar di dalam negeri menjelang akhir tahun 2016 membuat laju mata uang Amerika Serikat masih cenderung kuat," katanya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menetapkan kurs tengah pada Jumat ini bergerak menguat menjadi Rp13.436 per dolar AS, dibandingkan Kamis (29/12) senilai Rp13.473.
Editor: Hence Paat
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar