"Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia, ada enam provinsi yang NTP-nya berada di atas 100," kata Kepala BPS Provinsi Gorontalo Eko Marsoro di Gorontalo, Selasa.
NTP subsektor tercatat sebesar 111,97 untuk subsektor tanaman pangan (NTP-P), 112,26 untuk subsektor hortikultura (NTP-H), 103,70 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-R), 99,99 untuk subsektor peternakan (NTP-T) dan 100,87 untuk subsektor perikanan (NTN).
NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 110,96, diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 106,50, kemudian Maluku Utara sebesar 102,22, Maluku sebesar 102,19, Sulawesi Selatan sebesar 101.48, dan Provinsi Papua Barat sebesar 101.23.
Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Papua sebesar 93,58, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 94,24, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 95,22, dan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 96,42.
NTP nasional sebesar 103,07 mengalami kenaikan 0,28 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,78.
"Pada November 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar 0,11 persen," ungkap Eko.
Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada tiga kelompok pengeluaran rumah tangga, yaitu kelompok bahan makanan sebesar -0,26 persen, kelompok makanan jadi sebesar -0,01 persen, dan kelompok perumahan sebesar -0,03 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran sandang naik 0,15 persen, kesehatan naik 0,02 persen, pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 0,27 persen, dan trasportasi dan komunikasi 0,44 persen.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada Oktober 2017 sebesar 119,38 atau naik sebesar 0,01 persen dibanding NTUP bulan Oktober 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar