Ekonom Sammuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bawa kurs rupiah stabil dengan kecenderungan menguat terhadap dolar AS menyusul data inflasi Juli 2017 yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dinilai cukup terkendali.
"Walaupun inflasi yang turun lebih akibat penurunan daya beli masyarakat, pasar masih merespon positif," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Juli 2017 sebesar 0,22 persen. Dengan demikian tingkat inflasi tahun kalender Januari-Juli 2017 tercatat mencapai 2,6 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,88 persen.
Ia menambahkan bahwa fokus pelaku pasar selanjutnya yakni pada data produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua 2017 yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan. Situasi itu dapat membuka ruang rupiah untuk kembali menguat.
"PDB Indonesia yang membaik, ditambah inflasi yang terkendali serta lemahnya dolar Amerika di pasar global, bisa mendorong rupiah lebih kuat," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah juga berpeluang terganggu menyusul koreksi harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah yang sempat naik pada pekan lalu, mulai terkoreksi.
"Data persediaan minyak mentah Amerika Serikat yang naik melebihi ekspektasi, menjadi penyebab harga minyak mentah dunia terkoreksi," katanya.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude melemah 1,00 persen menjadi 48,67 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,93 persen menjadi 51,30 dolar AS per barel.
Editor: Hence Paat
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar