"Proyeksi ini memberikan arah pandangan dan menjadikan kita mempunyai sense terhadap risiko," kata Sri Mulyani saat ditemui di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2017 di Washington DC, AS, Minggu.
Sri Mulyani menjelaskan proyeksi perekonomian global tersebut lebih positif dari yang diperkirakan karena saat ini terjadi momentum pertumbuhan yang cukup kuat karena adanya perbaikan kinerja investasi dan perdagangan internasional.
Namun, IMF juga mengingatkan adanya risiko yang bisa mengganggu terjadinya pemulihan, untuk itu setiap negara diharapkan bisa membuat kebijakan yang bisa memperkuat fundamental, pada saat penguatan ekonomi sedang terjadi.
Risiko tersebut antara lain pemulihan yang belum cukup kuat karena belum didukung oleh kenaikan produktivitas, ancaman dari pembalikan modal karena normalisasi kebijakan moneter dari negara-negara maju dan krisis geopolitik.
"Untuk itu, IMF mengatakan negara-negara untuk melakukan kebijakan dalam rangka memperkuat reformasi di fiskal terkait penerimaan dan belanja, kebijakan moneter serta struktural," ujar Sri Mulyani.
Menghadapi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang lebih optimis tersebut, Sri Mulyani mengatakan pemerintah tetap menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada APBN 2018, karena angka perkiraan itu sudah disepakati dalam rapat Panitia Kerja dengan DPR.
"Tidak akan diubah karena kita sudah membahas dengan DPR dan telah disepakati di panja A, kita sekarang fokus di panja B dan C. Tapi setelah melihat outlook ekonomi, kita bisa memperbaiki kualitas APBN dan melihat risiko serta kesempatan dari kebijakan negara maju," katanya.
Editor: Hence Paat
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar