Gubernur BI Agus Martowardojo dalam pertemuan tahunan BI (Bankers` Dinner) di Jakarta, Selasa malam, mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut sudah memperhitungkan dampak dari reformasi struktural perekonomian yang sedang berjalan saat ini.
"Percepatan reformasi struktural yang akan meningkatkan produktivitas perekonomian dan menciptakan pertumbuhan," ujarnya.
Dengan asumsi mengenai produktivitas tersebut, maka suplai untuk kegiatan ekonomi pada 2022 akan melimpah dan mendorong pertumbuhan menjadi lebih tinggi.
Namun, Agus mengatakan, pertumbuhan yang tinggi tersebut tidak akan mengabaikan stabilitas perekonomian.
Sasaran inflasi pada 2022 dijangkar BI pada sasaran tiga persen plus minus satu persen.
Sementara pada tahun ini, sasaran inflasi BI adalah empat persen plus minus satu persen. Kemudian di 2018, inflasi dijangkar Bank Sentral di 3,5 persen plus minus satu persen.
Indikator stabilitas lainnya, adalah neraca transaksi berjalan yang diperkirakan BI akan berada di bawah tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2022.
"Defisit transaksi berjalan akan menurun dan masih pada level yang sehat," klaim Agus.
Oleh karena itu, kata dia, kebijakan perekonomian saat ini harus diorientasikan untuk memperkuat momentum pemulihan dari perbaikan pertumbuhan ekonomi global. Bank Sentral memperkirakan ekonomi global tahun ini akan tumbuh 3,6 persen (yoy) pada 2017.
Adapun pada tahun ini, BI memperkirakan ekonomi akan tumbuh pada 5,1 persen (yoy), sdangkan pada 2018 diproyeksikan tumbuh di rentang 5,1-5,5 persen (yoy).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar