Dima (47) warga setempat, Senin, mengatakan harga jeruk nipis sebelumnya melonjak dari kisaran Rp10.000/kilogram, kemudian naik Rp20.000-Rp25.000/kilogram, namun sepekan ini terus melonjak hingga Rp37.500/kilogram.
"Harga ini cukup berdampak pada pelaku usaha makanan yang wajib menyediakan jeruk nipis sebagai bumbu utama dan pelengkap, seperti sajian milu siram "binte biluhuta", mie kuah, sajian ikan bakar serta makanan khas Gorontalo lainnya," ujar Dima yang terpaksa membatasi sajian jeruk nipis karena harganya yang tinggi.
Rohana, pedagang rempah-rempah di pasar tradisional Moluo Kwandang, mengatakan, sangat kesulitan menjual jeruk nipis dengan harga tinggi.
"Ada-ada saja komplain dari pembeli akibat mahalnya harga jeruk, seperti ukurannya kekecilan atau jeruk yang dikhawatirkan tidak berkuah," ujar Rohana.
Diakuinya, harga jeruk nipis melonjak drastis selama dua bulan terakhir, dipicu tingginya permintaan namun stok terbatas.
"Permintaan tinggi namun pasokan terbatas, kebanyakan hanya berasal dari petani lokal," ujarnya.
Wilson Hadju, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) mengatakan, pihaknya terus memantau pergerakan harga komoditas pertanian di 17 pasar tradisional.
Menariknya kata dia, komoditas jeruk nipis menjadi fenomena baru yang banyak dikeluhkan konsumen sebab harganya yang tinggi bahkan merata di seluruh pasar tradisional.
Tidak hanya harga jeruk nipis, harga bawang daun atau warga lokal menyebutnya batang bawang, juga bertahan tinggi di kisaran Rp40.000-Rp50.000 per kilo gram.
Editor: Hence Paat
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar