"Saat ini ekonomi global masih lesu terutama negara tujuan ekspor kita seperti Tiongkok. Indonesia yang hanya mengandalkan SDA tentu berdampak karena negara tujuan ekspor kita mengurangi pembelian hasil tambang dan lainnya. Apalagi saat ini mereka sudah green energy," ujarnya saat pergelaran Pelatihan Wartawan Daerah BI 2017 di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan trend wisata di Indonesia terus meningkat. Namun, peningkatan tersebut masih perlu dimaksimalkan.
"Parwisata di Indonesia dapat memberikan kontribusi dalam neraca pembayaran dan cadangan devisa negara. Adanya wisatawan asing ke Indonesia otomatis devisa kita meningkat. Namun pada sisi lain saat ini banyak juga orang Indonesia ke luar negeri berwisatanya," papar dia.
Pada kesempatan itu ia menjelaskan satu di antara peran BI di bidang moneter seperti kestabilan nilai rupiah. Menurutnya kestabilan rupiah tentu tidak terlepas dari pentingnya menjaga inflasi.
"Menjaga inflasi penting agar daya beli masyarakat terjaga. Oleh karena itu inflasi menjadi perhatian BI. Setiap daerah dibentuk TPID," jelas dia.
Ia menyebutkan bahwa ketersedian barang - barang dengan jumlah yang cukup bisa turut menjaga inflasi. Selain itu distribusi barang juga harus lancar.
"Di negara berkembang termasuk Indonesia yang mempengaruhi inflasi datang dari bahan makanan seperti beras, cabai dan lainnya. Namun untuk tiga tahun terahir inflasi Indonesia tetap terjaga dengan baik," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar