Ekonomi Daerah: Kementan: Impor beras belum dibutuhkan

Laman

Minggu, 07 Januari 2018

Kementan: Impor beras belum dibutuhkan

Kudus (Antaranews Gorontalo) - Wacana impor beras dinilai belum mendesak dibutuhkan karena hasil panen tanaman padi saat ini cukup melimpah, kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Momon Rusmono.

"Sebagai contoh, hasil panen tanaman padi di Kudus saja cukup melimpah karena luas lahan di Kecamatan Undaan pada bulan Januari 2018 yang siap panen mencapai 5.000 hektare lebih dengan tingkat produktivitas hingga 7,3 ton per hektare," ujarnya, saat ditemui usai panen tanaman padi di Desa Kutuk, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Minggu.

Setelah bulan Februari 2018, menurut dia, luas areal lahan yang hendak dipanen justru lebih luas, termasuk di kabupaten lain.

Untuk Provinsi Jateng, menurut dia, pada bulan ini alokasi panen sekitar 110.652 hektare, sedangkan untuk bulan Februari 2018 tercatat ada sekitar 340.000 hektare.

Oleh karena itu, ia menilai, Provinsi Jateng luas panennya mencukupi.

"Artinya, stok beras yang ada tidak hanya untuk kebutuhan provinsi, melainkan untuk kebutuhan nasional," ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, ia mengemukakan, lazimnya tidak perlu impor beras, karena petani akan menangis karena masuknya beras impor tentu akan mengakibatkan harga jual beras petani anjlok.

Secara nasional, ia menyatakan, stok beras bisa mencapai sejuta ton, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama dua hingga tiga bulan mendatang.

"Pada bulan depan akan ada panen raya, sehingga target tahun 2018 untuk penyerapan beras oleh Perum Bulog 3,7 juta ton tentunya bisa dipenuhi," ujarnya.

Apabila target Bulog terpenuhi, ia pun mengungkapkan, hingga tahun depan tidak ada lagi kekurangan beras.

Sementara itu, dinyatakannya, luas areal panen untuk skala nasional pada bulan Januari 2018 sekitar satu hingga 1,2 juta hektare, sehingga ketika produkvitasnya mencapai enam ton saja, maka memiliki stok enam juta ton gabah kering panen (GKP).

"Jika rendemennya 50 persen, maka punya tiga juta ton beras, sedangkan tingkat konsumsi beras nasional berkisar 2,6 juta ton. Asumsi kami stok yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Ia juga optimistis bahwa target swasembada pangan bisa terpenuhi, namun semua pihak harus kerja keras.

Selain itu, dia juga mengapresiasi dukungan dari TNI dan Polri, bahkan di masing-masing kabupaten ada pengawalan dan penanggung jawab upaya khusus (Upsus) tiga komoditas utama padi, jagung dan kedelai (pajale).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas tanam secara nasional pada Juli-September 2017 mencapai 1,0 hingga 1,1 juta hektare per bulan, sehingga naik dua kali lipat dibandingkan dengan periode sebelum ada program Upsus hanya 500.000 hektare per bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar