Budi mengatakan investasi asing memang tengah didorong untuk mengelola pelabuhan dan bandara khususnya bagi perusahaan yang memiliki pengalaman di sektor tersebut.
"Saya pikir hubungan baik antara Indonesia dan India ini bisa didalami, bisa ditingkatkan dalam suatu kegiatan yang konkret, khususnya di bandara dan pelabuhan. Tapi bukan tidak mungkin di proyek kereta api juga," ucapnya.
Budi menjelaskan bandara berskala besar yang rencananya ditawarkan ke India adalah Bandara Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Balikpapan, Kalimantan Timur) serta bandara berskala menengah seperti Bandara Radin Inten II (Lampung), Bandara Juwata (Tarakan, Kalimantan Utara) dan Bandara Komodo (Labuan Bajo, NTT).
Ada pun pelabuhan yang akan ditawarkan di antaranya Pelabuhan Kuala Tanjung (Sumatera Utara) dan Pelabuhan Bitung (Sulawesi Utara).
"Lain-lainnya ada pelabuhan dalam skala lebih kecil di Indonesia bagian tengah," ujarnya.
Bukan jual aset
Mantan Direktur Utama Angkasa Pura I itu mengatakan tawaran pengelolaan infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan bukan berarti menjual aset kepada asing melainkan pemberian konsesi terbatas dengan jangka waktu tertentu.
Pemberian konsesi terbatas untuk pengelolaan infrastruktur dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, seperti kebutuhan dana dan keahlian swasta.
"Kita juga menghendaki kolaborasi investasi asing agar mendapat sentimen positif dari suatu negara. India cukup berpengaruh dalam memberikan sentimen positif itu. Jadi seperti bola salju, kita akan dapat investasi yang banyak, tidak hanya di transportasi tapi juga investasi lain," tuturnya.
Di sisi lain, Indonesia juga diharapkan bisa meningkatkan daya saing dalam menawarkan investasi.
"Maka dari itu, kami ingin melakukan peningkatan layanan investasi supaya mereka lebih firm bisa berinvestasi dengan lebih mudah dan ramah tetapi kita tetap bisa jaga tata kelola dengan baik," tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar