"Setiap pekan, harga telur ayam pasti naik Rp1.000/bak atau isi 30 butir," ujar Ramlah, salah satu perajin kue kering di Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, Sabtu.
Ia berharap, pemerintah daerah ikut menjaga stabilitas harga telur agar tidak terus mengalami kenaikan.
Jelang bulan Ramadhan dan lebaran Idul Fitri 1439 Hijriyah kata ia, harga telur sudah mencapai kisaran Rp42.000/bak untuk ukuran terkecil dan Rp46.000/bak untuk ukuran super.
Ia berharap, harga mampu ditekan sebab telur menjadi kebutuhan prioritas bagi usaha rumah tangga yang digelutinya.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Gorontalo Utara, Wilson Hadju, mengatakan, lonjakan harga telur terjadi akibat tingginya permintaan menjelang bulan Ramadhan.
Pedagang kata ia, harus berebut pasokan dari para pemilik kandang ayam petelur baik di tingkat lokal maupun dari daerah tetangga, seperti Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo.
Ia mengaku, tim pemantau harga komoditas pangan di daerah itu, juga memantau harga telur ayam di 15 pasar tradisional tersebar di 11 kecamatan.
Harga telur diharapkan tidak akan menembus Rp50.000 per bak, makanya warga diminta tidak melakukan aksi borong yang bisa memicu kenaikan harga.
Apalagi telur ayam tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, namun diperlukan para perajin kue kering dan usaha rumah makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar