Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova, di Jakarta, Jumat, mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah cenderung masih dipengaruhi oleh sentimen eksternal mengenai prospek kenaikan suku bunga The Fed pada Juni mendatang.
"Sebagian investor masih menahan diri untuk menempatkan dananya meski Bank Indonesia telah meningkatkan suku bunga," katanya.
Ia menambahkan imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang cenderung meningkat turut menjadi faktor yang menahan dana asing masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Pasar keuangan di Amerika Serikat dinilai lebih menarik saat ini," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan, kenaikan imbal hasil obligasi di Amerika Serikat tenor 10 tahun masih menjadi salah satu faktor penopang bagi penguatan dolar Amerika Serikat.
"Kenaikan yield obligasi juga dianggap sebagai indikasi The Fed akan menaikkan suku bunganya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia, Jumat (18/5), mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp14.107 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.074 per dolar Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar