"Prediksinya inflasi bulan ini disumbang dari volatile food atau komoditas pokok yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap terjadinya inflasi," kata Kepala Perwakilan BI Solo Bandoe Widiarto di Solo, Jateng, Senin.
Ia mengatakan prediksi kenaikan tersebut mengacu pada tren akhir tahun lalu yang tingkat inflasinya juga mengalami kenaikan.
"Pada bulan Desember 2015 sumbangan inflasi Desember sangat tinggi, bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Lebaran, yaitu mencapai 0,99 persen," katanya.
Meski demikian, pada periode sama tahun 2016 inflasi bulan Desember lebih terkendali, yaitu 0,30 persen.
Sementara itu, selain dipengaruhi oleh volatile foods, prediksi kenaikan inflasi pada akhir tahun ini merupakan sumbangan dari komoditas "administered price" atau komoditas yang harganya ditetapkan oleh pemerintah di antaranya elpiji dan bahan bakar minyak (BBM).
Terkait hal itu, Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Solo tersebut mengatakan BI bersama dengan Pemkot Solo akan terus berupaya menjaga ekspektasi masyarakat.
"Dalam hal ini kami mengacu pada beberapa hal, yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, melakukan komunikasi untuk menjaga ekspektasi masyarakat, dan koordinasi," katanya.
Ia mengatakan TPID juga akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar tradisional untuk memastikan tidak ada permainan harga di pasaran.
Selain itu, dikatakannya, upaya yang dilakukan juga melalui operasi pasar (OP) dan pasar murah yang diadakan oleh Pemkot Solo yang bekerja sama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre III Surakarta yang juga merupakan bagian dari TPID Solo.
Sementara itu, dalam waktu dekat TPID Solo akan menggelar pertemuan dengan sejumlah maskapai penerbangan dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) kaitannya dengan tarif transportasi mengingat sektor tersebut memberikan kontribusi cukup besar terhadap terjadinya inflasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar