Ekonomi Daerah: Mereka di balik holding BUMN industri pertambangan

Laman

Minggu, 10 Desember 2017

Mereka di balik holding BUMN industri pertambangan

Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Tahukah Anda bahwa tidak selamanya Pejabat Eksekutif Tertinggi (Chief Executive Officer/CEO) perusahaan tambang dipimpin oleh profesional yang berlatar belakang ilmu pertambangan?

Sejumlah perusahaan tambang terbaik dunia, justru dipimpin oleh CEO yang berlatar belakang non-tambang, seperti keuangan atau hukum.  Perusahaan tambang Vale S.A yang berkantor pusat di Rio de Janeiro, Brasil, misalnya. Perusahaan itu dalam enam tahun terakhir dipimpin oleh Murilo Ferreira, CEO yang berlatar belakang keuangan.

Hal serupa juga terjadi di industri pertambangan Indonesia. Siapa saja mereka?

1. Budi Gunadi Sadikin (Dirut Inalum (Persero))

Mantan Dirut Bank Mandiri itu menjabat sebagai Dirut Inalum (Persero) yang kini telah menjadi induk perusahaan (holding) bagi PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, serta PT Freeport Indonesia yang sahamnya akan didivestasi hingga 51 persen.

Budi atau akrab disapa BGS memulai kariernya di bidang perbankan saat bergabung dengan Bank Bali sebagai GM Electronic Banking. Selanjutnya, karier Budi terus menanjak dengan menjadi Chief GM Jakarta Region dan Chief GM Human Resources hingga akhir 1999.

Lulusan ITB dan Washington University Amerika Serikat itu melanjutkan karier di ABN Amro Bank Indonesia hingga akhir 2004.

Selepas itu, ia hijrah ke Bank Danamon Indonesia Tbk sebagai EVP Head of Consumer Banking.

BGS diangkat sebagai Dirut Bank Mandiri pada 23 Mei 2011 dan sukses mencatat berbagai prestasi pada bank dengan aset terbesar di Indonesia itu.

Dia kemudian melepas jabatan di Mandiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berlangsung pada 21 Maret 2016.

2. Arviyan Arifin (Dirut PT Bukit Asam Tbk)
 
Sama seperti BGS, Arviyan Arifin juga berlatar belakang perbankan dan keuangan. Dia ditetapkan menjadi Dirut PTBA pada 14 April 2016.

Sebelum menjabat sebagai Dirut PT Bukit Asam Tbk, alumni ITB ini sebelumnya adalah Dirut Bank Muamalat.

Selama menjabat Dirut Bank Muamalat periode 2009-2014, Arviyan berhasil meningkatkan aset dari Rp12 Triliun (2009) menjadi Rp 55 Triliun (tahun 2013).

Di bawah tangan dingin Arviyan, PTBA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp870,8 miliar pada kuartal I/2017 atau meroket 262% dari Rp332,6 miliar dari periode sama 2016.

3. Arie Prabowo Ariotedjo (Dirut PT Aneka Tambang Tbk)

Berbeda dari dua sosok sebelumnya, Arie Prabowo Ariotedjo merupakan sosok yang sudah malang melintang di dunia pertambangan.

Sebelum  menjabat sebagai Dirut per 2 Mei 2017 Arie adalah Direktur Niaga PTBA.

Dia pernah mendukuki jabatan di berbagai perusahaan, yaitu sebagai Managing Director PT Duta Tambang Sumber Alam, Managing Direktor dan President Director PT Duta Tambang Rekayasa, serta President Director PT Medco Energi Mining Internasional.

Pria kelahiran Jakarta ini mengenyam pendidikan Bachelor of Science in Civil Engineering Purdue University, West Lafayette, Indiana, AS dan Master of Science in Civil Engineering University of Michigan, Ann Arbor, Michigan, AS.

Penunjukan Arie Prabowo diharapkan dapat mempercepat penyelesaian berbagai rencana pengembangan Antam, termasuk menuntaskan pembangunan smelter.

4. M Riza Pahlevi (Dirut PT Timah Tbk)

Riza Pahlevi memiliki latar belakang perbankan dan keuangan.

Dia ditetapkan menjadi Dirut PT Timah Tbk pada 7 April 2016.

Pria yang lahir tahun 1968 ini menamatkan pendidikan S1 di Teknik Geologi Universitas Trisakti, dan pendidikan S2 di Cleveland State University di Amerika Serikat.

Sebelum menjadi Dirut PT Timah Tbk, Riza menjabat sebagai Dirut Keuangan di Perusahaan Gas Negara (PGN), Komisaris di PT Gagas Energi Indonesia, serta Kepala Keuangan Perusahaan dan Hubungan Investor di PGN.

Pekerjaan Rumah Holding BUMN industri pertambangan

Sejumlah pihak memang mengharapkan hadirnya Holding BUMN industri pertambangan karena sejumlah manfaatnya, yakni:  meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan, pengelolaan sumber daya alam mineral dan batubara.

Lalu, peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi yang dilakukan.

Selain itu, holding juga memberi manfaat yang besar untuk perusahaan holding dan anggota Holding serta bagi pemerintah dan masyarakat.

“Sinergi BUMN pertambangan juga diharapkan meningkatkan efisiensi dan kekuatan finansial sehingga memudahkan pengembangan usaha khususnya di bidang hilirisasi," ujar Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian  BUMN, Fajar Harry Sampurno dalam siaran persnya, Minggu.

Sejalan dengan harapan itu, sejumlah pekerjaan rumah besar menanti Holding industri pertambangan antara lain mengambil alih saham divestasi PT Freeport Indonesia, tercatat dalam 500 Fortune Global Company.

Kemudian, mengelola dan menguasai kekayaan mineral dan batu bara di Indonesia untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar