Inflasi Kota Gorontalo terjadi karena adanya kenaikan indeks di tiga kelompok pengeluaran, sedangkan empat kelompok pengeluaran mengalami penurunan indeks.
"Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,46 persen, kelompok sandang 0,45 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,01 persen," katanya Selasa, di Gorontalo.
Sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar -0,02 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar -0,01 persen.
Sementara kelompok kesehatan turun sebesar -0,45 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,07 persen.
Ia menambahkan, laju inflasi tahun kalender sebesar 0,17 persen dan laju inflasi "year on year" (Maret 2018 terhadap Maret 2017) sebesar 2,83 persen.
"Inflasi inti Bulan Maret di Kota Gorontalo sebesar 0,03 persen, inflasi yang diatur pemerintah sebesar -0,07 persen, dan inflasi bergejolak sebesar 1,51 persen," ujarnya.
Dari 82 kota inflasi di Indonesia, 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota mengalami deflasi.
Inflasi bulanan tertinggi pada Maret 2018 terjadi di Kota Jayapura sebesar 2,10 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Sumenep sebesar 0,01 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 2,30 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Bulukumba sebesar -0,01 persen.
Kota Gorontalo menempati urutan inflasi yang ke-18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar