"Hal ini, karena minat masyarakat Uni Eropa akan rempah-rempah asal Sulut sangat tinggi," kata Pimpinan PT Gunung Intan Permata Debora Manueke saat Kegiatan sosialisasi Imdonesia Techmical Requirement onformation system (Inatrims) di Manado.
Dia mengatakan Uni Eropa tidak bisa memproduksi sendiri sehingga hanya bisa bergantung pada impor khususnya juga pala.
"Konsumsi komoditas pala di negara-negara Uni Eropa seperti Italia, Belanda, Jerman sangat tinggi, meskipun harga berfluktuasi tapi volume tetap stabil," kata Debora.
Sehingga, katanya, potensi ini dimanfaatkan oleh pengekspor Sulut untuk meningkatkan pengiriman produk tersebut ke Eropa.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Darwin Muksin mengatakan komoditas pala yang dielspor ke Eropa yakni biji pala dan bunga pala.
"Biasanya Sulut mengekspor ke Belanda, Jerman, Italia, Inggris, Spanyol, Argentina, Korea, Amerika, Vietnam dan Jepang," katanya.
Komoditas pala asal Sulut yang paling diminati Uni Eropa yakni berasal dari Kabupaten Kepulauan Sitaro yang biasa dikenal dengan nama "pala siau".
Pemerintah akan terus memfasilitasi para pengekspor baik syarat maupun pengurusan berkas kelengkapan kegiatan ekspor.
Ia menjelaskan di tahun 2017, katanya, Sulut mengekspor komoditas pala ke delapan negara dengan sumbangan devisa bagi negara sebesar 4,314 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar