"Kita menyuplai kira-kira sepertiga dari kebutuhan listrik sistem Sulutenggo saat ini," kata Salvius di Tomohon.
Kebutuhan listrik pada saat beban puncak mencapai 340 megawatt, bahkan di bulan November 2017 diperkirakan menyentuh angka 380 megawatt.
"Kebutuhan energi listrik terus meningkat, sehingga PGE Area Lahendong ikut berkontribusi menyediakan kebutuhan listrik tersebut," katanya.
Ia menjelaskan, sejak 21 Agustus 2001 energi panas bumi sudah mengaliri sistem kelistrikan Suluttenggo dengan masuknya pasokan 20 megawatt yang diproduksi dari unit satu blok Lahendong.
Kemudian disusul 20 megawatt dari unit dua Lahendong (17 Juni 2007), 20 megawatt dari unit tiga Lahendong (7 April 2009) dan unit empat Lahendong (23 Desember 2011).
"Jadi dari blok Lahendong mampu menyuplai energi listrik sebesar 4X20 megawatt untuk sistem kelistrikan Suluttenggo," urainya.
Uap yang dihasilkan dari unit satu hingga empat lanjut dia, disuplai ke PLN kemudian diubah menjadi energi listrik.
Putra Toraja ini menambahkan, karena kebutuhan listrik yang semakin meningkat PGE Area Lahendong kemudian menambah pasokan dengan mengoptimalkan blok Tompaso sebesar 2X20 megawatt.
"Kita namakan sistem total project artinya mulai dari tahapan eksplorasi, pemboran, uji produksi, pembangunan lapangan uap hingga pembangunan power plant dilakukan oleh Pertamina," ujarnya.
Unit lima, lanjut dia, beroperasi komersil ke sisten kelistrikan PLN sejak 15 September 2016, sementara unit enam pada 9 Des 2016.
"Ini (unit lima-enam) adalah pembangkit paling baru di sistem Minahasa dari PLTP 2x20 megawatt dari Tompaso. PLTP ini handal dan merupakan tulang punggung menyalurkan listrik ke Suluttenggo," katanya menambahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar